Kamis, 10 November 2011

Namaku Desi.


                    Hari itu adalah hari pertama pelajaran dimulai. Seperti biasa nadia selalu datag sedikit terlambat dari pada aku. Meskipu sebenarnya nadia juga terkadang menjadi orang pertama yang datang. Dia orang yang baik, dia selalu menemani ku saat aku memdapatkan kesulitan. Hanya saja nadia terkadang menjengkelkan ketika ia menunjukkan sikapnya yang acuh tak acuh dan sering keceplosan. Tapi inilah nadia, gadis belia yang penuh semangat dan memiliki beribu impian dan harapan di hatinya.
Sejak awal aku sekolah , banyak sekali tugas yang aku tak bisa selesaikan dengan tepat waktu. Tapi untungnya nadia selalu membantuku. Ia membantuku menyelesaikan semua tugas yang tak bisa aku selesaikan. Meskipun terkadang dia juga malas mengerjakannya. Tapi ia akan selalu bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
                     Setiap kali nadia selalu merasa malah ketika guru menyuruh kami untuk mencatat. Katanya ‘ tulisanku jelek des,,kamu aja yach yang catat. Aku ngantuk nich’, dengan nada yang lemah ia mengucapkanya tanpa ragu. Aku pun tanpa ragu berkata padanya ‘ kamu tidur aja kalau ngantuk,, ntar aku yang catatkan’. Itulah nadia dia lebih suka mempelajari hal-hal yang penuh dengan hapalan. Tapi ia juga suka mendekati guru untuk mengajrkannya materi yang ia masih belum mengerti. Meskipun kami berbeda keyakinan tapi nadia selalu menunjukkan sikap kasih sayangnya kepadaku. Hiingga akhirnya tanpa sadar aku dan dia menjadi sangat akrab.
                          Suatu hari , aku kebingungan tak tau mau mencari tumpangan dimana untuk pulang. Tapi ketika itu nadia datang bersama dengan ayahnya. Iya memberikan tumpangan kepadaku sampai di depan rumah sepupuku. Kebetulan hari itu sepupuku sudah pulang duluan,jadi ak pulag bersama dengan nadia. Hujan hari itu sangat deras, ditambah dengan angin yang kencang. Jas hujan yang kami pakai bagaikan layang-layang terbang kesana kemari di tiup angin.
                        Setibanya di rumah sepupuku aku pun turun dari motor itu sambil menyapa nadia da mengucapkan terima kasih. Kami selalu bersama walaupun memang terkadang nadia selalu saja tiba-tiba menghilang ketika ia harus menanyakan sesuatu kepada guru.  Terkadang aku juga di ajaknya. Tapi karena sikapku yang masih sedikit malu aku jarang ikut dengannya.
                                Sekolah ini memang agak jauh dari rumahnya. Sempat nadia dan keluarganya terpikirkan untuk pindah sekolah ke sekolah yang lebih dekat dengan rumahnya. Tapi ia menghundurkan niatnya atas nasehat dari guru bahasa indonesia kami yang juga sekaligus teman orang tuanya.
                          Semakin lama semakin banyak orang yang aku dan nadia kenal di kelas. Hari itu nadia mulai akrab dengan beberapa orang teman sekelas kami. Yudi dan diah,,begitulah nama panggil mereka sehari-hari di kelas. Setiap saat kami selalu bersama, hingga akhir kami akan selalu bersama.
                            Saat guru meminta kami untuk membentuk kelampok belajar aku, nadia , yudi , dan diah selalu bersama. Tanpa pernah terpisahkan kami selalu membentuk kelompok belajar. Tapi kami tak pernah berlajar di rumah kami selalu belajar di sekolah tentang segala hal yang kami ingin ketahui. Apapun itu,selalu kami lakukan bersama.  
                          Lambat laun kami mulai mencari kenalan yang lebih banyak lagi, karena teman sekelas selalu berkata bahwa kami hanya ingin bergaul sendiri. Tapi itu tidak benar, nadia selalu memperluas pergaulannya. Nadia memiliki banyak teman ada yang dari kelas 3 dan juga kelas 2. Karena itulah nadia tak pernah kesulitan tentang buku pelajaran. Selalu ada tempat untuk ia meminjam buku.
                                Suatu hari , ketika kami sudah naik di kelas dua. Aku dan nadia sebenarnya ingin  mencari tempat duduk yag berbeda. Tapi tak disangka, pada akhirnya aku dan nadia kembali duduk besama. Awalnya memang aku duduk di kursi lain dengan teman ku yang lain. Begitu pula dengan nadia, nadia selalu duduk di meja paling depan dekat dengan guru. Entahlah apakah itu hobi atau hanya sekedar tempat yang nyaman baginya. Saat itu aku di panggil olehnya untuk duduk dengannya, katanya ia merasa aneh bila tak duduk denganku. Yach... memang kami sudah terbiasa duduk bersama, di belakang kami Tri duduk berdua denga Eka sepupuku. Itu sudah menjadi kebiasaan. Tri memang selalu duduk dengan Eka. Dan mereka memang selalu duduk di belakang meja nadia.
                             Ruang kelas kami itu sangat gelap, hanya cahaya remang-remang yag ada mencoba menyinari kelas kami. Dengan cahaya yang seremang itu banyak tema sekelas ku yang tertidur. Terlebih nadia, karena dia yang paling sering begadang dari semua temanku. Hebatnya dia masih bisa bangun sangat pagi dan membawa motor dengan jarak yang jauh tanpa jaket.
                               Saat itu nadia masih membawa motor ayahnya, karena ia masih belum di izinkan untuk membawa motor yang masih baru di beli oleh kakaknya bara. Sejak kecil kak Bara dan nadia memang sudah terbiasa mencari uang. Mereka berdua selalu bersama-sama mencari uang untuk tambahan biaya sekolahnya. Sempat aku datag kerumah nadia untuk meminta tugas  matematika dan bahasa indonesia bersama dengan diah. Nadia memang berbeda ia selalu saja memberikan kami jawaban dari tugas-tugasnya. Tanpa ada alasan ia selalu mengerjakan tugas ku.
                          Itu adalah saat pertama kali aku bertemu dengan semua keluarga nadia. Semua menyambut aku dan diah dengan hangat. Hanya saja kebetulan saat itu nadia sedang tidur. Jadi kami terpaksa membangunkannya untk mengerjakan tugas bersama-sama. Tak disangka ternyata nadiantelah nmengerjakan tugasnya saat disekolah tadi. Pantas saja tadi aku tak melihatnya di kantin, ternyata ia sudah mengerjakan tugasnya lebih dahulu. Bahkan sampai bel masuk berbunyi ia masih asyik di dalam kelas sambil membaca buku.
                     Siang itu kami masih menungg guru, tapi guru kami masih belum datang. Nadia menyempatkan dirinya untuk keluar membeli segelas air dingin. Nadia memang selalu seperti itu. Ia lebih suka membeli air dari pada makanan. Ketika nadia kembali dari membeli minuman, gurupun datang dan membagikan kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sudah ia susun sebelum datang.
                      Hari itu aku tak bisa bersama dengannya, karena kelompok yang di buat oleh guru berdasarkan nama. Tapi anehnya nadia masih sempatnya membantu aku menjawab tugas yang diberikan oleh guru tadi.setiap kali guru itu keluar menerima telepon nadia selalu mencocokkan pertanyaan dan serta merta ia memberikan pula jawaban yang sudah ia dapatkan. Sejak itulah aku da nadia tak pernah terpisahkan, selalu bersama saat suka dan duka. Kami akan selalu bersama sampai saatnya tiba aku dan dia tak bisa bersama.
                        Namun ketika kami beranjak naik ke kelas tiga Nadia mulai dekat dengan teman yang berasal dari kelas lain. Sri , dia adalah salah seoarang tema sekelas kami dulu. Tapi saat kelas tiga ia dipindahkan ke kelas A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar